KLIEN-Q, KEKASIH-Q
By : Reekha Octavera
“Tasha…kita dapet klien baru nih.” Duh, suara Karin mengagetkanku
sampek aku tersedak saat minum secangkir Nescafe panas sore itu. “Uhuk-uhukk…emank ada apa sih?” tanyaku.”Tadi ada cowok datang ke sini, dia cakep
banget loh. Dia bilang kalau adiknya sedang frustasi n’ galau gitu deh. Dia
butuh banget psikiater kayak loe” Hhh…tugas
baruku sekarang adalah melakukan terapi jiwa bagi orang yang sedang galau.
Secara, inilah tugasku sebagai seorang psikiater muda. Kebanyakan klien yang
datang padaku dengan alasan frustasi karena masalah cinta & mereka itu
rata-rata berusia remaja. Dan aku sudah dipercaya oleh mereka bahwa solusi
dariku pasti ampuh untuk menyembuhkan kegalauan mereka. Inilah gambaran kecil
tentang profesiku. Oia, namaku Tasha, Tasha Charissa. Tadi yang ngagetin aku
sampek aku keselek tadi, tuh namanya Karin. Karina Kapur. Dia temen sekaligus
assistantku.
Esoknya, aku pergi ke rumah klienku
itu. Sekitar sejam perjalanan, aku nyampe di rumah klienku. Kuketok pintu
rumahnya. Eh yang mbukain ternyata kakaknya.“Apakah
ini dr.Tasha? psikiater yang saya cari itu? Silahkan masuk.” Tanyanya
sambil mempersilakanku masuk. Lalu aku duduk di ruang tamu minimalisnya.
“Ada masalah apa dengan adik Anda?” tanyaku.
“Ardi udah lama suka ma seorang cewek. Baru kemaren dia nembak tuh
cewek. Tapi dia ditolak mentah-mentah sama tuh cewek sehingga Ardi sakit hati
banget dan dia jadi galau. Dia suka merenung sendirian, aku tak tahu apa yang
harus kulakukan. Makanya aku minta bantuan dokter untuk bisa memulihkan kondisi
jiwanya. Tolong dok, buatlah dia mampu melupakan masalahnya.” kakaknya
memohon sangat kepadaku.
“Iya, saya pasti akan membantumu. Saya akan berusaha memulihkan keadaan
psikisnya. Kamu tenang saja, semua akan saya atasi.” Ucapku.
Sejak saat itu, aku melakukan
terapi kejiwaan untuk Ardi. Setiap hari aku aktif menghibur Ardi. Karena cara
utama yang kutempuh untuk mengobati kegalauannya yaitu dengan mengajaknya
bercanda. Dia kuajari banyak hal yang bermakna dalam hidup ini. Senang rasanya
jika aku melihat Ardi mulai bisa tersenyum. Nampaknya dia senang dengan terapi
yang ia jalani ini.
Tanpa terasa, sudah sering kulalui waktu
bersamanya. Seakan-akan tiada jarak antara aku & klienku itu. Sampai ada
suatu perasaan yang tak biasa yang kurasakan padanya. Aku lama-lama suka ma
dia.. Tapi gak mungkin donk aku ungkapin ke dia secara langsung,
ntar mau kutaruh mana mukaku? Untung aja aku tahu hari ultahnya.
5 Desember, 2 hari lagi. Aku udah persiapkan hadiah special untuknya,
kusisipkan surat untuknya. Kusampaikan hasratku, bahwa aku ingin menyembuhkan sakit hatinya &
membuatnya bahagia.
Tepat pada tanggal 5 Desember, aku
mengajaknya ke Café Lovely untuk lunch bareng. Setelah kita makan siang bareng,
kita saling ngobrol. “Dokter, makasih
banget ya atas semua yang kamu lakukan padaku. Kini aku sudah bisa melupakan
masalahku itu. Dokter udah mengajarkan banyak hal kepadaku.” kata Ardi padaku.
”Well, yang lalu biarlah berlalu. Aku senang bisa membantumu. Oia, aku
punya sesuatu buat kamu.” Lalu kuberikan kadoku kepadanya.”Met ultah ya, Cuma ini yang bisa kukasih ke
kamu.”
“Wah, makasih banget ya dok..hmm, dr.Tasha.
aku mau bilang sesuatu tapi dokter jangan marah ya?” sepertinya Ardi menyimpan sesuatu
hal. Tapi apa ya?? Aku bertanya-tanya dalam hati. “Sebenarnya, a-a-a- aku suka sama dokter.” Waduh, ni mimpi apa bukan ya??
“Kamu
serius? Ah jangan ngaco donk.” Aku
agak tak percaya. Masa’ klienku itu juga suka kepadaku??..!!??
“Beneran
dokter, sejak aku kenal dokter, seakan-akan aku mengenal seorang Malaikat tak
bersayap pelipur laraku. Aku suka sama dokter. Tapi, maukah dokter menjadi
kekasihku?” Dia mengungkapkan perasaannya.
“Hmm…sebenarnya
sih aku juga punya perasaan yang sama denganmu. Tapi, masa’ ada sih Klien jadi
Kekasih?” kataku
agak ragu, walau sebenarnya aku mau.
“Ya
ada, jika dokter mau menerima pernyataanku. Jadi
gimana dok?” Ardi
mencoba meyakinkan perasaanku.
“Hmm,
kayaknya…aku gak bisa deh.” Ucapku separoh kalimat.
“Loh
kok gak bisa?”
“Maksudku,
aku gak bisa nolak kamu. Hehe” kataku meneruskan ucapanku tadi.
“Jadi,
dokter menerimaku?” kuanggukkan
kepalaku sebagai tanda bahwa aku menjawab YA.
”Mulai sekarang jangan panggil aku dokter lagi.” Pintaku.
“Iya, Tashaku sayang. Biarkan hatiku ini menjadi milikmu untuk selamanya.”
Lalu kita saling berpelukan bahagia. Aduh bener-bener seperti mimpi
rasanya waktu itu. So sweet banget ya skenario yang udah dibuat oleh Tuhan
untukku dan Ardi.
^_^ ARDI, KLIEN-Qu KEKASIH-Qu ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar