TEKA-TEKI CINTAKU
Cerpen by :
Reectavera
“Nin,
kapan ya aku bisa ketemu sama Dimaz?”
tanyaku kepada Nina, sahabatku. Sudah setahun lamanya aku pacaran dengan
Dimaz, namun belum pernah sekalipun aku bertemu dengannya. D ulu aku bisa kenal
sama Dimaz karena aku dikenalin oleh temenku. Atas perkenalan tersebut, tak tau
kenapa, kita berdua jadi saling suka dan akhirnya kita pacaran.
Dimaz
udah tau gimana sifatku. Aku gak terlalu cantik, tapi temen-temenku bilang aku
tu baik, suka menolong, setia, dan gak sombong. (ah, yang bener aja nich??J). Aku juga udah tau gimana sifatnya
Dimaz, dia tuh jujur apa adanya, baik, setia, dan gak neko-neko. So, karena
kita berdua udah ngrasa ada kecocokan, jadi gak salah dunk kalo kita berdua
pacaran. J
“Sha, kenapa gak kamu ajak ketemuan aja si Dimaz.
Mumpung nie lagi liburan.” Usul Nina padaku. Aku sempat bingung. Coz
sebenernya ortuku gak setuju kalo aku pacaran sama Dimaz Cuma karena Dimaz
belum jelas wujud nyatanya.
“Duh,
gimana ya Nin. Soalnya aku takut ketahuan ortuku. Mereka tuh bener-bener gak
meridhaiku pacaran sama Dimaz. Di sisi lain, aku sangat menyayangi Dimaz, aku
pengen banget ketemu sama Dimaz. Tapi mana mungkin aku bisa ketemu sama Dimaz
kalau caranya begini.” Keluhku pada Nina.
Hari-hari kulalui bersama Dimaz hanya
dengan sms-an dan kadang kala bertelepon-an. Maklum saja, sulit banget bagiku
untuk bisa ketemu sama Dimaz. Padahal aku sayang banget sama Dimaz. Karena
Dimaz berada jauh di sisiku, perasaanku sering gelisah karenanya. Aku takut
Dimaz bercinta dengan cewek lain di sana. Sebenarnya aku sudah gak betah kalau
terus-terusan begini. Sekarang Dimaz juga semakin jarang menghubungiku. Dia
bilang dia sedang sibuk bekerja sambil sekolah. Lama-lama aku jadi jenuh sama
Dimaz. Hingga perhatianku kini telah teralihkan kepada Dennis. Seorang Pimred
majalah di sekolahku. Dia tampan, smart, dan bijaksana. Dia itu teman
sekelasku. Aku sangat menyukainya, sampai-sampai aku jadi sering memimpikannya.
Mungkinkah suatu saat nanti aku bisa menjadi kekasihnya? Ah, ini pasti akan
jadi sebuah teka-teki cinta yang sulit untuk dijawab. Lagipula kan statusku
kini masih pacaran sama Dimaz. Aku jadi semakin bingung. Dimaz atau Dennis??
Waktu sore hari ketika aku sedang
istirahat di dalam kamar. Tiba-tiba Ibu masuk ke dalam kamarku dan mengambil
Hpku. Ibu membaca semua sms dari Dimaz.
Dia langsung marah-marah padaku dan memintaku untuk tidak berhubungan
lagi dengan Dimaz mulai sekarang. Aku menangis tersedu-sedu. Aku masih
menyayangi Dimaz. Aku belum rela untuk berpisah dengan Dimaz. Namun Ibu tetap
memarahiku dan memaksaku untuk putus hubungan dengan Dimaz. Dan dengan sangat
terpaksa ku putuskan Dimaz.
Ketika Dimaz kuputuskan, Dimaz
menceritakan bahwa sesungguhnya dia mengidap penyakit Leukimia dan umurnya
tidak panjang lagi. Dia minta agar aku menemaninya di sisa waktu hidupnya. Tapi
di sisi lain, hati ortuku memang keras seperti batu. Mereka tidak menyetujuiku
untuk tetap berhubungan dengan Dimaz. Hingga pada akhirnya Dimaz telah pergi
mendahuluiku untuk selamanya. Aku benar-benar belum bisa menerima semua
kenyataan ini. Belum sempat aku melihat wujud Dimaz, bahkan untuk terakhir
kalinya.
Hari-hariku terasa kosong tanpa Dimaz.
Tapi kekosonganku itu tidak berlangsung lama. Setelah sosok Dennis tiba-tiba
mengalihkan perhatianku. Perhatianku pun kini selalu tertuju kepada Dennis.
Namun, aku hanya bisa mengungkapkan perasaanku lewat syair-syair dan puisi yang
kubuat. Seringkali aku mengirimkan puisi
kepadanya.Diam-diam kusisipkan puisiku di bawah bangkunya. Kuharap dia tau
bagaimana perasaanku kepadanya. Semoga teka-teki cintaku bisa segera terjawab.
Suatu hari aku berpapasan dengan
Dennis. Tiba-tiba dia bertanya padaku,
”Sha,
puisi-puisi itu dari kamu ya?” Ternyata dia sudah tau bahwa puisi itu
dariku.
”Iya
Den, maaf ya. Puisi itu memang sengaja kubuatkan untukmu.”
“Bagus
banget kok, aku suka puisimu.” Puji Dennis kepadaku.
“Wah
terima kasih ya Den.”
Rasanya hatiku seneng banget coz Dennis udah ngasih tanggapan buatku. Tapi apa
mungkin dia bakalan suka sama aku. Ah, ini masih menjadi sebuah teka-teki yang
sulit terpecahkan.K
ª ª ª
“Sha,
aku mau ngasih tau sesuatu sama kamu.” Kata Nina yang tiba-tiba menghampiriku.
“Sesuatu
apa Nin?”
“Kayaknya
kamu gak bisa deh terus-terusan naksir sama Dennis.” “Loh,
emangnya kenapa Nin?”
“Si
Dennis itu ternyata udah punya pacar.”
“APA??” Aku benar-benar shock dan
tiba-tiba kepalaku sakit banget. Tiba-tiba aku tak sadarkan diri. Kemudian Nina
membawaku ke rumah sakit.
Setelah ku tersadar di rumah sakit,
dokter memvonis bahwa aku tengah mengidap penyakit kanker otak. Aku benar-benar
tak bisa menerima semua kenyataan ini.
“Nin,
aku minta tolong ke kamu ya. Sebelum aku pergi untuk selamanya, tolong
pertemukan aku dengan Dennis. Aku ingin perasaanku selama ini bisa dia jawab.
Agar nanti aku bisa meninggal dengan tenang.”
“Iya
Raisha, aku pasti menolongmu sobat.” Kata Nina sambil meneteskan air mata.
Keesokan harinya, Nina datang ke rumah
sakit membawa Dennis. Aku sangat senang Dennis mau menemuiku.
“Raisha,
maafkan aku ya telah membuatmu seperti ini.L”
“Tidak
apa-apa kok Den. Oia gimana hubungan kamu dengan pacarmu, masih langgeng aja
kan?”
“Ndak
Sha, aku udah putus sama dia. Ternyata dia udah mengkhianatiku.”
“Oh
ya sudah, lebih baik kamu lupakan saja masalahmu itu. Agar kamu tidak semakin
sakit hati.J”
“Iya
Sha, terima kasih banyak ya. Selama ini kamu udah baik banget sama aku. Maafkan
aku jika aku baru menyadarinya. Oh iya, ini aku bawakan bunga untuk kamu.” Dennis seraya menyodorkan bunganya
kepadaku
“Wah
terima kasih banyak ya Den. Kok kamu repot-repot segala sih.”
“Gak
apa-apa kok Sha. Hmm.. Sha, aku suka banget sama syair-syair dan puisi yang
kamu buat itu. Apa benar itu ungkapan perasaanmu selama ini?”
“Hmm,
iya Den. Maaf ya. Aku sebenernya malu mau ngungkapin perasaanku secara langsung
ke kamu, apalagi setelah aku tau kalau kamu udah punya pacar.”
“Sha,
mungkin ini sudah tiba waktunya kamu mendapat jawaban dari teka-teki cintamu
selama ini.”
“Maksudmu
apa Den?”
tanyaku bingung. Apa yang dimaksud oleh Dennis.
“Aku
ingin membahagiakanmu di sisa waktu hidupmu. Apakah kau mau menjadi kekasihku?” Ya Tuhan, apakah ini nyata. Apakah
ini bukan sebuah mimpi belaka. Kukira ini semua adalah teka-teki cinta yang
sangat sulit untuk dijawab. Tapi, ternyata pada akhirnya aku mendapat
jawabannya juga di sisa waktu hidupku yang tidak lama ini.
“A-a-a-aku
mau menjadi kekasihmu.”
Aku agak terbata-bata menjawabnya.
Lalu kami berdua saling berpelukan di
tengah suasana haru biru. Nina pun melihat kami dengan menangis terharu. Aku
pun juga seakan-akan melihat bayangan Dimaz tengah tersenyum melihatku
berpelukan dengan Dennis. Apakah memang Dimaz telah merestuiku bersama dengan
Dennis. Hanya Tuhan yang tahu.
Sejak saat itu, Dennis selalu
menemaniku di sisa waktu hidupku. Dennis telah membuatku bahagia di tengah
penyakit yang tengah kuderita ini. Terima kasih Tuhan telah memberiku jawaban
pasti tentang teka-teki cintaku selama ini. Tuhan tlah memberikan laki-laki
yang bernama Dennis kepadaku yang telah mau mencintaiku apa adanya diriku saat
ini. Sampai akhirnya nanti ku akan menutup mata dengan bahagia dan tenang di
alam sana.
ª SEKIAN DAN TERIMA KASIH ª
Tidak ada komentar:
Posting Komentar