Selasa, 20 November 2012

Teka-Teki Cintaku


TEKA-TEKI CINTAKU
Cerpen by : Reectavera
                Nin, kapan ya aku bisa ketemu sama Dimaz?”  tanyaku kepada Nina, sahabatku. Sudah setahun lamanya aku pacaran dengan Dimaz, namun belum pernah sekalipun aku bertemu dengannya. D ulu aku bisa kenal sama Dimaz karena aku dikenalin oleh temenku. Atas perkenalan tersebut, tak tau kenapa, kita berdua jadi saling suka dan akhirnya kita pacaran.
            Dimaz udah tau gimana sifatku. Aku gak terlalu cantik, tapi temen-temenku bilang aku tu baik, suka menolong, setia, dan gak sombong. (ah, yang bener aja nich??J). Aku juga udah tau gimana sifatnya Dimaz, dia tuh jujur apa adanya, baik, setia, dan gak neko-neko. So, karena kita berdua udah ngrasa ada kecocokan, jadi gak salah dunk kalo kita berdua pacaran. J
            “Sha, kenapa gak kamu ajak ketemuan aja si Dimaz. Mumpung nie lagi liburan.” Usul Nina padaku. Aku sempat bingung. Coz sebenernya ortuku gak setuju kalo aku pacaran sama Dimaz Cuma karena Dimaz belum jelas wujud nyatanya.         
Duh, gimana ya Nin. Soalnya aku takut ketahuan ortuku. Mereka tuh bener-bener gak meridhaiku pacaran sama Dimaz. Di sisi lain, aku sangat menyayangi Dimaz, aku pengen banget ketemu sama Dimaz. Tapi mana mungkin aku bisa ketemu sama Dimaz kalau caranya begini.” Keluhku pada Nina.
Hari-hari kulalui bersama Dimaz hanya dengan sms-an dan kadang kala bertelepon-an. Maklum saja, sulit banget bagiku untuk bisa ketemu sama Dimaz. Padahal aku sayang banget sama Dimaz. Karena Dimaz berada jauh di sisiku, perasaanku sering gelisah karenanya. Aku takut Dimaz bercinta dengan cewek lain di sana. Sebenarnya aku sudah gak betah kalau terus-terusan begini. Sekarang Dimaz juga semakin jarang menghubungiku. Dia bilang dia sedang sibuk bekerja sambil sekolah. Lama-lama aku jadi jenuh sama Dimaz. Hingga perhatianku kini telah teralihkan kepada Dennis. Seorang Pimred majalah di sekolahku. Dia tampan, smart, dan bijaksana. Dia itu teman sekelasku. Aku sangat menyukainya, sampai-sampai aku jadi sering memimpikannya. Mungkinkah suatu saat nanti aku bisa menjadi kekasihnya? Ah, ini pasti akan jadi sebuah teka-teki cinta yang sulit untuk dijawab. Lagipula kan statusku kini masih pacaran sama Dimaz. Aku jadi semakin bingung. Dimaz atau Dennis??
Waktu sore hari ketika aku sedang istirahat di dalam kamar. Tiba-tiba Ibu masuk ke dalam kamarku dan mengambil Hpku. Ibu membaca semua sms dari Dimaz.  Dia langsung marah-marah padaku dan memintaku untuk tidak berhubungan lagi dengan Dimaz mulai sekarang. Aku menangis tersedu-sedu. Aku masih menyayangi Dimaz. Aku belum rela untuk berpisah dengan Dimaz. Namun Ibu tetap memarahiku dan memaksaku untuk putus hubungan dengan Dimaz. Dan dengan sangat terpaksa ku putuskan Dimaz.
Ketika Dimaz kuputuskan, Dimaz menceritakan bahwa sesungguhnya dia mengidap penyakit Leukimia dan umurnya tidak panjang lagi. Dia minta agar aku menemaninya di sisa waktu hidupnya. Tapi di sisi lain, hati ortuku memang keras seperti batu. Mereka tidak menyetujuiku untuk tetap berhubungan dengan Dimaz. Hingga pada akhirnya Dimaz telah pergi mendahuluiku untuk selamanya. Aku benar-benar belum bisa menerima semua kenyataan ini. Belum sempat aku melihat wujud Dimaz, bahkan untuk terakhir kalinya.
Hari-hariku terasa kosong tanpa Dimaz. Tapi kekosonganku itu tidak berlangsung lama. Setelah sosok Dennis tiba-tiba mengalihkan perhatianku. Perhatianku pun kini selalu tertuju kepada Dennis. Namun, aku hanya bisa mengungkapkan perasaanku lewat syair-syair dan puisi yang kubuat.  Seringkali aku mengirimkan puisi kepadanya.Diam-diam kusisipkan puisiku di bawah bangkunya. Kuharap dia tau bagaimana perasaanku kepadanya. Semoga teka-teki cintaku bisa segera terjawab.
Suatu hari aku berpapasan dengan Dennis. Tiba-tiba dia bertanya padaku,
Sha, puisi-puisi itu dari kamu ya?” Ternyata dia sudah tau bahwa puisi itu dariku.
Iya Den, maaf ya. Puisi itu memang sengaja kubuatkan untukmu.”
Bagus banget kok, aku suka puisimu.” Puji Dennis kepadaku.
Wah terima kasih ya Den.” Rasanya hatiku seneng banget coz Dennis udah ngasih tanggapan buatku. Tapi apa mungkin dia bakalan suka sama aku. Ah, ini masih menjadi sebuah teka-teki yang sulit terpecahkan.K
ª ª ª
Sha, aku mau ngasih tau sesuatu sama kamu.” Kata Nina yang tiba-tiba menghampiriku.
Sesuatu apa Nin?”
 “Kayaknya kamu gak bisa deh terus-terusan naksir sama Dennis.” “Loh, emangnya kenapa Nin?”
Si Dennis itu ternyata udah punya pacar.”
APA??” Aku benar-benar shock dan tiba-tiba kepalaku sakit banget. Tiba-tiba aku tak sadarkan diri. Kemudian Nina membawaku ke rumah sakit.
Setelah ku tersadar di rumah sakit, dokter memvonis bahwa aku tengah mengidap penyakit kanker otak. Aku benar-benar tak bisa menerima semua kenyataan ini.
Nin, aku minta tolong ke kamu ya. Sebelum aku pergi untuk selamanya, tolong pertemukan aku dengan Dennis. Aku ingin perasaanku selama ini bisa dia jawab. Agar nanti aku bisa meninggal dengan tenang.”
Iya Raisha, aku pasti menolongmu sobat.” Kata Nina sambil meneteskan air mata.
Keesokan harinya, Nina datang ke rumah sakit membawa Dennis. Aku sangat senang Dennis mau menemuiku.
 “Raisha, maafkan aku ya telah membuatmu seperti ini.L
Tidak apa-apa kok Den. Oia gimana hubungan kamu dengan pacarmu, masih langgeng aja kan?”
Ndak Sha, aku udah putus sama dia. Ternyata dia udah mengkhianatiku.”
Oh ya sudah, lebih baik kamu lupakan saja masalahmu itu. Agar kamu tidak semakin sakit hati.J
Iya Sha, terima kasih banyak ya. Selama ini kamu udah baik banget sama aku. Maafkan aku jika aku baru menyadarinya. Oh iya, ini aku bawakan bunga untuk kamu.” Dennis seraya menyodorkan bunganya kepadaku
Wah terima kasih banyak ya Den. Kok kamu repot-repot segala sih.”
Gak apa-apa kok Sha. Hmm.. Sha, aku suka banget sama syair-syair dan puisi yang kamu buat itu. Apa benar itu ungkapan perasaanmu selama ini?
Hmm, iya Den. Maaf ya. Aku sebenernya malu mau ngungkapin perasaanku secara langsung ke kamu, apalagi setelah aku tau kalau kamu udah punya pacar.”
 “Sha, mungkin ini sudah tiba waktunya kamu mendapat jawaban dari teka-teki cintamu selama ini.
Maksudmu apa Den?” tanyaku bingung. Apa yang dimaksud oleh Dennis.
Aku ingin membahagiakanmu di sisa waktu hidupmu. Apakah kau mau menjadi kekasihku?” Ya Tuhan, apakah ini nyata. Apakah ini bukan sebuah mimpi belaka. Kukira ini semua adalah teka-teki cinta yang sangat sulit untuk dijawab. Tapi, ternyata pada akhirnya aku mendapat jawabannya juga di sisa waktu hidupku yang tidak lama ini.
A-a-a-aku mau menjadi kekasihmu.” Aku agak terbata-bata menjawabnya.
Lalu kami berdua saling berpelukan di tengah suasana haru biru. Nina pun melihat kami dengan menangis terharu. Aku pun juga seakan-akan melihat bayangan Dimaz tengah tersenyum melihatku berpelukan dengan Dennis. Apakah memang Dimaz telah merestuiku bersama dengan Dennis. Hanya Tuhan yang tahu.
Sejak saat itu, Dennis selalu menemaniku di sisa waktu hidupku. Dennis telah membuatku bahagia di tengah penyakit yang tengah kuderita ini. Terima kasih Tuhan telah memberiku jawaban pasti tentang teka-teki cintaku selama ini. Tuhan tlah memberikan laki-laki yang bernama Dennis kepadaku yang telah mau mencintaiku apa adanya diriku saat ini. Sampai akhirnya nanti ku akan menutup mata dengan bahagia dan tenang di alam sana.
ª  SEKIAN DAN TERIMA KASIH ª




Tidak ada komentar:

Posting Komentar